Sutradara | Eugene Panji |
---|---|
Produser | Eugene Panji |
Pemeran | M Syihab Imam Muttaqin Rizqullah Maulana Daffa Iqbal Zuhda Irsyad Dewi Wulandari Cahyaningrum Nina Tamam Agus Kuncoro Donny Alamsyah |
Studio | HUMANPLUS PRODUCTION |
Negara | Indonesia |
Bahasa | Bahasa Indonesia |
Sudah beberapa kali Satria
cerita bahwa mas Daffa (kakak kelasnya sekaligus teman taekwondonya) main film
baru lagi. Dan Satria beberapa kali ngajak nonton filmnya. Sampai hari Minggu
kemarin, saya masih engga ngeh yang mana filmnya dan seperti apa isi filmnya.
Nah, beruntunglah pada hari
Minggu sore kemarin saya sempat menonton acara Kick Andy di MetroTV. Kebetulan
menjelang jam 5 sore tamunya adalah sutradara dan pemain film Cita-citaku
Setinggi Tanah. Dari situlah, saya baru paham filmnya seperti apa. Ternyata
memang wajib ditonton !! Selain ceritanya memang bagus, hal lain adalah bahwa
semua pemasukan dari penjualan tiket film ini disumbangkan ke YKAKI (Yayasan
Kasih Anak Kanker Indonesia).
Yang paling bikin saya
ngebet pengin nonton film tersebut selain 2 hal diatas adalah karena pemain
utamanya asli anak Muntilan, syutingnya juga ternyata di daerah sana di lereng
Merapi.
Akhirnya Senin sore kemarin
saya sempatkan nonton bersama Satria dan ayahnya di Studio 21 Ambarrukmo Plaza.
Sehari cuma diputar 2 kali yaitu jam 15:00 dan jam 16:55.
“Punya cita-cita setinggi
langit itu biasa. Punya cita-cita berguna itu juga biasa. Punya cita-cita mulia
juga bukan hal luar biasa. Punya cita-cita yang tak terdengar seperti sebuah
cita-cita dan berjuang sepenuh hati untuk mewujudkannya itu baru luar biasa!”
Sekali lagi, isi ceritanya
bagus banget, tentang motivasi tentunya. A story about dreams. Ada 4 anak bersahabat yaitu Agus,
Puji, Jono dan Sri (Mey) yang masing-masing punya cita-cita. Oiya Jono
diperankan oleh Rizqullah Daffa (kakak kelasnya Satria, yang gendut itu). Dari
keempat anak tersebut, cita-cita yang katanya paling engga tinggi adalah
cita-citanya Agus, yaitu pengin bisa makan di restoran Padang. Kata mbah Tapak,
cita-citanya sudah tepat. Tapi cita-cita itu bukan cuma untuk ditulis saja,
tapi untuk diwujudkan. Dream are never meant to be written, they are
meant to be realized.
Agus berasal dari keluarga
sederhana. Ibunya setiap hari memasak tahu bacem. Ternyata memang bapaknya Agus
bekerja di pabrik tahu. Walau sebenarnya bosan, tapi Agus tidak pernah menolak
makan dengan menu tahu bacem. Hehehe.. jadi inget anak-anak biasanya protes
ketika bosan atau ga mau makan dengan menu tertentu. Karena orang tuanya adalah
keluarga yang sederhana, tentunya Agus tidak ingin minta uang kepada orang
tuanya hanya untuk makan di restoran Padang. Lha wong minta uang untuk bikin
sesuatu (prakarya) saja tidak dikasih oleh orang tuanya. Nah, untuk mencapai
cita-citanya tersebut si Agus mengumpulkan uang di celengan bambunya. Uang yang
ditabung berasal dari sebagian uang jajan yang diberikan oleh ibunya, upah
mengantar ayam ke restoran Padang, hasil menjual keong, dan lain-lain.
Setelah uangnya terkumpul,
kemudian celengannya dipecah, sebagian uang dipakai untuk beli manik-manik
untuk membuat topi ala Padang. Sayangnya, sisa uang yang lainnya jatuh tercebur
ke sumur. Sedih pasti !! Sampai pada suatu saat mbah Tapak bilang bahwa rejeki
itu tidak hilang, rejeki itu hanya menunggu saat yang tepat untuk kembali.
Dan benar, ketika Eyang Uti Agus hendak pulang ke Jogja, beliau memberikan uang
kepada Agus.